Jika dulu memukul dianggap sebagai bagian dari disiplin. Penelitian
terkini membuktikan, perlakuan kasar orang tua terhadap anak seperti
memukul atau menampar saat fase tumbuh kembang, terutama pada anak
berusia tiga tahun, akan memicu prilaku agresif.
Hasil penelitian yang dipublikasikan dalam journal Pediatrics
menunjukkan, ketika anak berusia tiga tahun dan mendapat perlakuan
kasar, kemungkinan besar si kecil berprilaku agresif saat ia berusia
lima tahun.
Salah seorang peneliti dari Tulane University’s School of Public Health
and Tropical Medicine in New Orleans, Asisten professor ilmu kesehatan
masyarakat, Catherin Taylor mengatakan anak membutuhkan panduan dan
disiplin.
Namun, orang tua harus bertindak positif dan menghindari kekerasan saat
mengajarkan anak berdisplin. “Hukuman fisik, seperti menampar atau
memukul seharusnya dihindarkan, karena bakal berdampak panjang,” katanya
seperti dikutip dari Healthday, baru-baru ini.
Secara terpisah, Psikiatri dari Texas A&M Health Science Center
Round Rock campus, Kathryn J Kotrla berpendapat hasil riset menunjukan
perlunya peran orang tua untuk memutuskan rantai kriminalitas di
masyarakat. Ia menilai, mengurangi penggunaan kekerasan ketika mendidik
anak tingkat kekerasan dalam berbagai bentuk di masyarakat dapat
ditanggulangi.
Sebelumnya, Taylor dan kolega melibatkan lebih dari 2.500 ibu yang
ditanyakan tentang sejauh mana mereka menerapkan hukuman fisk pada
anak-anak mereka ketika berusia 3 tahun. Mereka juga ditanyakan tentang
tingkat agresifitas anak ketika berusia 3 tahun.
Peneliti kemudian melihat latar belakang dari ibu yang terfokus pada
kemungkinan ibu mengalami depresi saat melahirkan, konsumsi alkohol dan
kekerasan yang mungkin terjadi pada keluarga si ibu.
Hasilnya, 50% orang tua tidak menerapkan hukuman kepada anak-anak mereka
sebelum riset berlangsung. Sekitar 27.9% dari ibu, satu atau dua kali
menerapkan hukuman fisik. Sedangkan sisanya 26.5 % dari ibu menerapkan
hukuman fisik lebih dari dua kali dalam bulan yang sama.
Hasil riset juga mencatat, anak-anak yang berusia 3 tahun yang mengalami
hukuman fisik dua kali atau lebih sebelum bulan riset berlangsung
mengalami peningkatan tingkat agresifitas saat si kecil berusia 5 tahun.
Sayangnya, peneliti mengakui, mereka tidak bisa membuktikan sebab dan
akibat dari hubungan antara ibu dan anak. Akan tetapi, peneliti meyakini
pertanyaan itu dapat terjawab dengan riset lanjutan dikemudian hari.
“Kami paham betul, anak belajar dari apa yang dilakukan orang tuanya.
Jadi, jika si kecil Anda pukul dengan alasan tertentu, artinya Anda
mengajarkan mereka menjadi agresif,” tegas Taylor.
Ia menambahkan, apabila hukuman fisik dijalankan secara berlebihan
dengan alasan tertentu pula, maka tingginya tingkat stress si kecil akan
berdampak pada perkembangan otak, emosional dan prilaku si kecil.
Strategi Efektif
Pendapat senada juga disampaikan Psikolog dari National Center for
School Crisis and Bereavement, Robin Gurwitch. Menurutnya, hasil riset
menegaskan hasil riset sebelumnya dimana hukuman fisik pada usia dini
berkaitan erat dengan tingkat agresifitas anak dikemudian hari.
“Bagaimana kita membantu orang tua untuk memberikan strategi efektif
ketimbang hukuman fisik dan memang terdapat strategi yang lain, orang
tua hanya perlu mengembangkan segala kemungkinan,” katanya.
Kotrla menambahkan, riset terlihat menyarankan kepada pemerintah dan
pembuat kebijakan untuk fokus membahas masalah hukuman fisik sebagai
usaha mengurangi kekerasan di masyarakat melalui orang tua.
Terkait kekerasan pada anak, sejumlah organisasi termasuk American
Academy of Pediatrics secara keras menentang hukuman fisik pada anak.
Dari catatan lembaga itu, 35%-90% orang tua masih menerapkan hukuman
fisik pada anak-anak mereka.
Sumber : republika.
No comments:
Post a Comment