About

Berbagi adalah kemuliaan. Semakin banyak berbagi menjadikan kita semakin kaya. Kaya dalam Nuraniah

Pages

Saturday, April 13, 2013

Touching Story from India

Istriku berkata kepada aku yang sedang baca koran: berapa lama lagi kamu baca koran itu? Tolong kamu ke sini dan bantu anak perempuanmu tersayang utk makan. Aku taruh koran danmelihat anak perempuanku satu-satunya, namanya Sindu. Tampak ketakutan, air matanya banjir didepannya ada semangkuk nasi berisi nasi susu asam / yogurt (nasi khas India/curd rice).

Sindu anak yg manis dantermasuk pintar dlm usianya yg baru 8 thn. Dia sangat tidak suka makan curd rice ini. Ibu danistriku msh kuno, mereka percaya sekali kalau makan curd rice ada "cooling effect". Aku mengambil mangkok dan berkata Sindu sayang, demi ayah, maukah kamu makan beberapa sendok curd rice ini? Kalau tidak, nanti ibumu akan teriak-tarik sama ayah. Aku bisa merasakan istriku cemberut
dibelakang punggungku. Tangis Sindu mereda dan ia menghapus air mata dgn tangannya dan berkata boleh
ayah akan saya makan curd rice ini tidak hanya bbrp sendok tapi semuanya akan saya habiskan, tapi saya akan minta agak ragu-ragu sejenak akan minta sesuatu sama ayah bila habis semua nasinya. Apakah ayah mau berjanji memenuhi permintaan saya? Aku menjawab oh pasti sayang. Sindu tanya sekali lagi betul nih ayah? Yah pasti sambil menggenggam tangan anakku yang kemerah mudaan dan lembut sbg tanda setuju. Sindu juga mendesak ibunya untuk janji hal yang sama, istriku menepuk tangan Sindu yang merengek sambil berkata tanpa emosi, janji kata istriku.



Aku sedikit khawatir dan berkata: Sindu jangan minta komputer atau barang-barang lain yg mahal yah, karena ayah saat ini tdk punya uang. Sindu menjawab : jangan khawatir, Sindu tdk minta barang-barang mahal kok. Kemudian Sindu dgn perlahanlahan dan kelihatannya sangat menderita, dia bertekad menghabiskan semua nasi susu asam itu

Dalam hatiku aku marah sama istri dan ibuku yang memaksa Sindu utk makan sesuatu yang tidak disukainya. Setelah Sindu melewati penderitaannya, dia mendekatiku dgn mata penuh harap. Dan semua perhatian (aku, istriku dan juga ibuku) tertuju kepadanya. Ternyata Sindu mau kepalanya digundulin/dibotakin pada hari Minggu.

Istriku spontan berkata permintaan gila, anak perempuan dibotakin, tidak mungkin. Juga ibuku menggerutu jangan terjadi dlm keluarga kita, dia terlalu banyak nonton TV. Dan program-program TV itu sudah merusak kebudayaan kita.

Aku coba membujuk : Sindu kenapa kamu tidak minta hal yang lain kami semua akan sedih melihatmu botak. Tapi Sindu tetap dengan pilihannya, tidak ada 'yah, tak ada keinginan lain kata Sindu. Aku coba memohon kepada Sindu : tolonglah kenapa kamu tidak mencoba untuk mengerti perasaan kami. Sindu dgn menangis berkata : ayah sudah melihat bgmn menderitanya saya menghabiskan nasi susu asam itu dan ayah sudah berjanji untuk memenuhi permintaan saya, kenapa ayah sekarang mau menarik/menjilat ludah
sendiri? Bukankah Ayah sudah mengajarkan pelajaran moral, bahwa kita harus memenuhi janji kita terhadap seseorang apapun yang terjadi, seperti Raja Harishchandra untuk memenuhi janjinya rela memberikan tahta, harta/kekuasaannya, bahkan nyawa anaknya sendiri.

Sekarang aku memutuskan untuk memenuhi permintaan anakku: janji kita harus ditepati. Secara serentak istri dan ibuku berkata : apakah aku sudah gila? Tidak jawabku kalau kita menjilat ludah sendiri, dia tidak akan pernah belajar bagaimana menghargai dirinya sendiri. Sindu permintaanmu akan kami penuhi.

Dengan kepala botak, wajah Sindu nampak bundar dan matanya besar dan bagus. Hari Senin, aku mengantarnya ke sekolah, sekilas aku melihat Sindu botak berjalan ke kelasnya dan melambaikan tangan kepadaku. Sambil tersenyum aku membalas lambaian tangannya. Tiba-tiba seorang anak laki-laki keluar dari mobil sambil berteriak, Sindu tolong tunggu saya. Yang mengejutkanku ternyata, kepala anak lakilaki
itu botak. Aku berpikir mungkin "botak" model jaman sekarang.

Tanpa memperkenalkan dirinya seorang wanita keluar dari mobil dan berkata : anak anda, Sindu, benar-benar hebat. Anak laki-laki yang jalan bersama-sama dia sekarang, Harish, adalah anak saya, dia menderita kanker leukemia. Wanita itu berhenti sejenak, menangis tersedu-sedu, bulan lalu Harish tidak masuk sekolah, karena pengobatan chemo therapy kepalanya menjadi botak jadi dia tidak mau pergi
kesekolah takut diejek/dihina oleh teman-teman sekelasnya.

Nah Minggu lalu Sindu datang kerumah dan berjanji kepada anak saya untuk mengatasi ejekan yang mungkin terjadi, hanya saya betul-betul tidak menyangka kalau Sindu mau mengorbankan rambutnya yang indah untuk anakku Harish. Tuan dan istri tuan sungguh diberkati Tuhan mempunyai anak perempuan yang berhati mulia. Aku berdiri terpaku dan aku menangis. Malaikat kecilku tolong ajarkanku tentang kasih.

No comments:

Post a Comment

Translate

terselubung

Rangkuman Pelajaran Sekolah

Desktop Inspirations